Jumat, 02 Januari 2009

Apakah Komunikasi Antarpribadi Itu?

Oleh Diyah Kusumawardhani

Menurut De Vito (1976), komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Dari pengertian komunikasi antarpribadi De Vito, dapat dilihat bahwa yang menjadi komunikator dalam penyampaian pesan hanya satu orang. Sedangkan yang bertindak sebagai komunikan, tidak terbatas. Karena definisi ‘orang lain’ disini bisa diartikan lebih dari satu orang.

Selain itu, komunikasi yang dilakukan pun bersifat tatap muka langsung (face to face communication). Karena walaupun umpan balik (feed back) tidak membutuhkan interaksi secara langsung, namun efek memerlukan interaksi komunikasi yang mempergunakan lambang komunikasi verbal (gerak tubuh, mimik, dan sebagainya), yang hanya dapat diketahui apabila komunikasi tersebut dilakukan secara langsung.

Misalnya, A menyampaikan isi pernyataan kepada B dan C yang sedang sibuk bermain play station bahwa keesokan harinya ada tugas dari mata kuliah Statistik yang harus dikumpulkan. Karena B dan C terlupa, maka sontak mereka terkejut dan melakukan feed back berupa ungkapan: “Astaghfirullah… kok lupa ya.” Dan efek yang didapati oleh A adalah B dan C segera membereskan mainannya, kemudian segera mengerjakan tugas untuk keesokan harinya.

Dari definisinya itu De Vito mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung lima ciri, yaitu:
(1) Keterbukaan (openness)
(2) Empati (empathy)
(3) Dukungan (supportiveness)
(4) Perasaan positif (positiveness)
(5) Kesamaan (equality)

Selanjutnya menurut Dean C. Barnlund (1968), komunikasi antapribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.

Menurut pengertian Barnlund, antara komunikator dengan komunikan tidak terbatas dua orang saja (dyadic), melainkan terdiri dari dua orang atau lebih. Komunikasinya cenderung spontan dan tidak berstruktur karena tidak diketahui siapa diantara mereka yang memulainya.

Menurut Barnlund, komunikasi antarpribadi memiliki enam ciri, yaitu:
(1) Terjadi secara spontan
(2) Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur
(3) Terjadi secara kebetulan
(4) Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu
(5) Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas
(6) Bisa terjadi sambil lalu

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, komunikasi antarpribadi yang digambarkan Barnlund adalah komunikasi antarpribadi yang spontan, terjadi kebetulan, tidak direncanakan, tidak berstruktur dan bisa saja terjadi dimana saja, kapan saja dan bisa dilakukan oleh siapa saja.

Misalnya, A yang sedang menunggu bis di halte depan kampusnya merasa jenuh, karena sudah 30 menit menunggu bis yang akan dinaikinya belum kunjung tiba. Sambil menunggu ia menggerutu, “duh lama amat sih…” Gerutuannya terdengar oleh B yang berdiri di sampingnya yang juga sedang menunggu bis ke arah yang sama. Spontan B menyahut, “iya nih.. jadi BT nunggunya!” C yang berada tidak jauh dari mereka lantas menyahut, “macet kali ya di jembatan, jadi bisnya gak nyampe-nyampe.”

Dari contoh diatas, A yang jenuh menunggu menggerutu kepada dirinya sendiri. Kemudian B dan C yang kebetulan berada di sekitar A dan mendengar gerutuannya menimpali, karena merasakan penderitaan yang sama yaitu menunggu kendaraan yang tidak datang-datang.

Komunikasi yang dilakukan oleh B dan C murni spontan, tidak direncanakan, dan terjadi sambil lalu. Melalui ciri ini, maka komunikasi yang terjadi pada contoh diatas dapat dikategorikan komunikasi antarpribadi menurut Barnlund.

Yang terakhir menurut Everet M. Rogers dalam Depari (1988), komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

Berdasarkan definisinya, Rogers menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu:
(1) Arus pesan cenderung dua arah
(2) Konteks komunikasi adalah tatap muka
(3) Tingkat umpan balik yang tinggi
(4) Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas (terutama selective exposure) sangat tinggi
(5) Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban
(6) Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap

Dapat dipahami melalui definisi Rogers, bahwa komunikasi terjadi secara tatap muka langsung antar beberapa pribadi, jadi tidak bersifat dyadic. Sedangkan berdasarkan ciri-cirinya, komunikasi ini cenderung pertukaran pesan dua arah. Selain itu komunikasi ini memerlukan respon umpan balik secara langsung. Dan hasil dari komunikasi ini diharapkan komunikan memberikan efek perubahan sikap terhadap apa yang disampaikan.

Hal ini sama seperti penjelasan definisi komunikasi antarpribadi dari De Vito. Tapi yang membedakannya adalah De Vito lebih menekankan pada aspek psikologi komunikasi antara komunikator dan komunikan. Sedangkan Rogers lebih pada konteks komunikasi.

Contoh kasus adalah seorang ibu yang menyatakan bahwa hari akan hujan kepada anaknya yang akan pergi sekolah. Ibu tersebut berkata bahwa hari itu akan turun hujan berdasarkan berita ramalan cuaca yang disiarkan televisi dan kondisi langit yang mendung. Si anak, pada awalnya, sangat malas untuk membawa payung. Namun setelah dia mendengar anjuran ibunya untuk membawa payung dan ia melihat sendiri kondisi langit yang makin menggelap, maka ia pun memutuskan untuk membawa payung ke sekolah.

Terlihat bahwa konsepsi kebahagiaan ibu terwujud setelah anaknya menuruti perkataannya untuk membawa payung ke sekolah. Dan efek yang terjadi secara langsung adalah sang anak yang mau untuk membawa payung ke sekolah.

1 komentar:

zultuahkifli mengatakan...

sangat bermanfaat atikelnya...