Selasa, 27 November 2007

Pers dan Pencerdasan Masyarakat

Pers dan Pencerdasan Masyarakat*
Oleh
Amin Sudarsono
(Aktivis Communicare Institute, Jakarta)
==

Agenda terbesar dari insan pers adalah pencerdasan masyarakat. Terdapat beberapa hal yang pantas dicatat dalam hal ini. Pertama, pers harus memberikan informasi yang benar terhadap audiens yang mengakses media tersebut. Kebenaran ini tentunya berlandas pada asas cover both side (keberimbangan pemberitaan). Netralitas dan independensi sebuah media harus dikedepankan. Walaupun, misalnya media tersebut dimiliki oleh kekuatan modal tertentu.

Kedua, dalam kondisi bangsa yang masih terjadi konflik di beberapa daerah, peristiwa yang diberitakan kadang justru memperkeruh situasi. Dalam kondisi inilah, pers mengedepankan jurnalisme profetis. Jurnalisme profetis harus memilih topik-topik yang bisa menawarkan solusi, bukan hanya memaparkan masalah. Jurnalisme profetis adalah suatu upaya penyelenggara pers untuk menempatkan pers sebagai suatu kekuatan yang bisa memberikan alternatif solusi. Pers yang lebih cermat melihat adanya kebutuhan mendesak masyarakat agar masyarakat tidak terus bertikai. Jurnalisme profetis justru menjembatani kelompok bertikai untuk berdamai.

Ketiga, perluasan peran media massa sebagai penggerak aktivitas sosial masyarakat. Sebagai instrumen pemberi warta tentunya sebuah koran, misalnya, memiliki sebuah kekuatan persuasif tersendiri untuk mengajak masyarakat melakukan sesuatu. Peran propaganda sebuah media massa sangatlah kuat. Daya pengaruh ini mampu memobilisasi masyarakat untuk membantu penderitaan korban bencana, misalnya. Atau juga pembentukan posko keprihatinan. Saat ini beberapa media-baik cetak, radio maupun televisi-telah membuka berbagai posko maupun pundi amal. Langkah ini hendaknya diperluas dalam berbagai segmen aktivitas: sosial, budaya, ekonomi, politik.

Keempat, kecerdasan ekuivalen dengan kondisi berdaya. Karena itu, langkah empowering (pemberdayaan) harus menjadi agenda pokok dari sebuah media. Posisi media massa hendaknya selalu berpihak kepada masyarakat. Opini yang diciptakan sesuai dengan nurani masyarakat. Sekaligus, dalam kondisi tertentu harus siap berhadapan dengan kebijakan penguasa. Peran media massa cukup signifikan untuk mempengaruhi kebijakan eksekutif, merubahnya menuju tuntutan masyarakat. Namun, berdiri diametral bukan berarti membenci atau memusuhi. Landasan nurani dan persaudaraan tentunya bisa menghiasi kritik membangun yang disodorkan oleh sebuah media. Dalam hal ini, kepekaan pejabat sangat diharapkan. Kontrol media dan kepekaan penguasa menjadi sinergi yang indah.

Kelima, media massa secara sadar mengembangkan nilai dan norma berdasarkan visi-misi dan latar belakang usahanya, setidaknya ada tiga fungsi media massa perankan yaitu memberi informasi, menyuguhkan hiburan, dan mengembangkan propaganda untuk suatu wacana. Fungsi yang disadari atau tanpa disadari oleh media massa adalah fungsinya sebagai transfer kebudayaan (Purwasito: 2002). Kebudayaan adalah cermin tingkat peradaban.

Setidaknya lima langkah di atas bisa menjadi awal yang baik bagi proses pencerdasan dan pemberdayaan masyarakat. Semoga dunia pers mampu menangkap semangat zaman, menghindari dominasi kapital dan mengedepankan jurnalisme profetis: jurnalisme pembawa pesan kedamaian.

*versi panjangnya dimuat disini

Tidak ada komentar: